June 13, 2014

Kenapa Pesawat Kepresidenan Tak Pakai CN 235?

CN 235 vs Boeing Business Jet 2 (Boeing 737-800) (ilustrasi:wiszone)

Belakangan ini heboh mengenai pembelian pesawat kepresidenan Republik Indonesia jenis Boeing Business Jet 2 (Boeing 737-800). Banyak pemberitaan di media yang mengiring pemikiran pembaca seolah ini merupakan pemborosan dan tidak mencintai produk dalam negeri. Indonesia memang dikenal sebagai negara produsen pesawat jenis CN 235. Di berbagai media disebutkan bahwa pesawat ini telah digunakan oleh beberapa negara sebagai pesawat kepresidenan. Tercatat Malaysia, Korsel dan Pakistan menggunakan pesawat jenis CN 235 sebagai pesawat kepresidenan mereka. Yang jarang disebutkan di media adalah selain menggunakan CN 235 Malaysia dan Korea Selatan juga menggunakan pesawat jenis Airbus dan Boeing. Malaysia dikabarkan  baru-baru ini menggunakan pesawat kepresidenan jenis Airbus A319 setelah sebelumnya juga menggunakan Boeing Business Jet yang dibeli tahun 2003. Sedangkan Korea Selatan memiliki peswat jenis Boeing 747-400 yang disewa dari maskapai Korean Air. Korea Selatan saat ini juga merencanakan akan membeli pesawat kepresidenan sendiri jenis Boeing.

Sebenarnya selama ini untuk kepentingan pesawat kepresidenan negara kita dilakukan dengan menyewa pesawat milik Garuda Indonesia. Namun karena pertimbangan beberapa aspek, pesawat kepresidenan lalu dianggap sebagai kebutuhan. 

Pilihan pemerintah kita jatuh kepada Boeing Business Jet 2 (Boeing seri 737-800). Lalu kenapa negara kita tidak memakai pesawat jenis CN 235 yang jelas-jelas produksi bangsa sendiri? Padahal ada 3 negara lain yang memakai pesawat jenis ini sebagai pesawat kepresidenannya. Sebetulnya jika kita membandingkan antara CN 235 dan Boeing Business Jet 2 (Boeing seri 737-800) tentulah tidak sebanding. Karena kedua pesawat ini memang diciptakan untuk kelas yang berbeda. Mungkin ibarat kita membandingkan bus malam eksekutif dengan angkot. 

Boeing Business Jet (Boeing 737-800) (pic: atjehpos.com)
Dari ketiga negara disebutkan diatas yang menggunakan CN 235 sebagai pesawat kepresidenan adalah negara dengan luas wilayahnya yang kecil sehingga tidak diperlukan pesawat jenis besar untuk bepergian dari suatu tempat ke tempat lain dalam negaranya. Jika dibandingkan dengan luas negara kita memang negara kita jauh lebih luas. Dengan wilayah yang luas jika ditempuh dengan pesawat CN 235 yang berjenis turboprop ini maka akan memakan waktu yang cukup lama. Jika menggunakan CN 235 dari Jakarta ke Papua ditempuh dalam waktu 5-6 jam dengan menggunakan pesawat Boeing 737-800 ini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam. Jika presiden terlalu lama di perjalanan tentu dapat memakan waktu dan juga presiden menjadi lelah akibat lamanya perjalanan. Bayangkan jika presiden harus menghadiri pertemuan di Eropa, maka berapa lama waktu yang akan dibutuhkan. Apalagi dengan pesawat CN 235 butuh singgah di banyak bandara untuk menisi bahan bakar. tentu ini tidak efisien dan rumit tentunya, karena tiap singgah di bandara negara lain harus mengurus ijin terlebih dahulu. 
CN 235 (pic: indomiliter.com)
Kita ambil contoh pada proses pengiriman pesawat CN 235 dari Bandung ke Korea. Pesawat ini harus transit di Tarakan, Manila, Taipei, Incheon, dan baru mendarat di Gimpo. Bandingkan dengan Garuda Indonesia dengan rute Jakarta - Incheon (bandara di Korsel) yang hanya ditempuh dengan waktu 6 jam tanpa memerlukan transit. 
Rute Pengiriman Pesawat CN 235 pesanan Korea Selatan (courtesy wilapri of Indoflyer)
PT. Dirgantara Indonesia sendiri sebenarnya telah mengajukan penawaran ke sekretariat negara mengenai CN 235 sebagai pesawat kepresidenan. Namun, karena diprioritaskan pesawat yang dapat menempuh jarak jauh dengan waktu yang singkat maka pesawat CN 235 tidak dipilih. 

Lalu kemudian muncul pula pemberitaan bahwa pesawat CN 235 ini tidak cocok di Indonesia karena banyak bandara di Indonesia yang tidak bisa didarati oleh pesawat ini. Sehingga presiden tidak bisa berkunjung ke daerah daerah terpencil karena fasilitas bandara yang tidak memadai. Kendala negara kita adalah memang belum semua daerah memiliki fasilitas bandara yang memadai terutama di daerah terpencil. Biasanya di sana hanya ada bandara perintis atau bahkan tak ada bandara. Oleh karena itu, idealnya memang pesawat kepresidenan Boeing 737-800 ini didukung oleh pesawat jenis CN 235 atau helikopter.

Namun jika kita hanya melirik kabanyakan kota besar dan ibukota-ibukota propinsi di Indonesia tampaknya sebagian besar sudah bisa didarati oleh pesawat jenis Boeing 737-800 ini. Jika kita perhatikan Lion Air dan Air Asia yang memiliki trayek penerbangan yang cukup luas di Indonesia. Padahal sebagian besar armada mereka memiliki tipe yang tidak berbeda jauh bahkan sama(untuk Lion Air). Apalagi saat ini seiring perkembangan dunia penerbangan di Indonesia beberapa bandara sudah mulai berbenah agar dapat didarati pesawat yang lebih besar dan tentunya untuk meningkatkan akses ke daerahnya. Hmmm, kota kecil tempat kelahiran saya saja sudah bisa didarati 737-800 lho,, jadi presiden tak masalah jika ingin kesana.

Lalu apakah Indonesia tidak bisa membuat pesawat sekelas Airbus dan Boeing? Presiden ketiga kita BJ Habibie pernah merancang pesawat N2130 yang rencananya bisa beroperasi 2005 lalu. Pesawat ini memiliki kapasitas penumpang 130 orang dan berada satu kelas seperti pesawat Boeing dan Airbus yang banyak mengudara di Indonesia. Bahkan pesawat ini disebut-sebut sebagai pesawat yang canggih dikelasnya. Jika saja dulu proyek tersebut berhasil mungkin Indonesia tidak perlu lagi membeli pesawat dari Boeing ataupan Airbus. 

(wzn)










Referensi: 
  • Irawan. 2012. CN 235 vs BBJ 2 ...http://lippocikarang.wordpress.com/2012/02/11/cn-235-220m-vip-versus-boeing-business-jet-2-b-737-800/
  • JPNN.2012. Pesawat Kepresidenan ... http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=116977
  • Liputan 6.2010. Korsel Tidak Sanggup ... http://m.liputan6.com/news/read/298857/korsel-tidak-sanggup-beli-pesawat-kepresidenan
  • Setiawan, Ruben.2014. 6 Negara ASEAN ... http://suara.com/news/2014/04/10/184449/6-negara-asean-yang-juga-punya-pesawat-kepresidenan/
  • Suyitmadi, (Purn)., Ir.2012.Heboh Pesawat Kepresidenan.http://www.ilmuterbang.com/blog-mainmenu-9-60730/blog-umum-mainmenu-82/616-heboh-pesawat-kepresidenan


Share:

June 11, 2014

Kereta Api dengan Single Bogie


Bogie Kereta (www.inka.co.id)

Apa yang dimaksud dengan bogie kereta? Apa keuntungan  Kereta Api dengan Single Bogie?



Pernah dengar istilah Bogie Kereta...?? Bogie adalah sebuah komponen gerak yang sangat penting pada rangkaian kereta api, baik pada gerbong maupun lokomotif. Kenyamanan sebuah kereta juga didukung oleh teknologi bogie yang digunakan. Jadi jelas berbeda antara bogie yang digunakan untuk gerbong barang dengan kereta penumpang, atau antara kereta penumpang kelas ekonomi dengan kelas eksekutif.

Bogie terdiri atas beberapa komponen yang membentuk suatu kesatuan, diantaranya rangka(bogie frame), roda, pegas(spring), pengereman(rem block), dan banyak lagi komponen lainnya. Beberapa bogie terutama bogie untuk kereta eksekutif menggunakan pegas dengan tekanan udara(air spring) yang lebih minim getaran.

Gerbong kereta barang (www.pt-inka.co.id)
Fungsi bogie pada sarana kendaraan rel adalah untuk mendukung badan kendaraan (body)memudahkan perjalanan dibelokan, meningkatkan beban, kecepatan dan kenyamanan pengendaraan serta tempat alat pengereman.

Saat ini dikenal bogie dengan sistem double bogie dan single bogie. Di Indonesia sebagian besar keretanya masih menggunakan double bogie. Kereta dengan single bogie ini banyak digunakan oleh kereta-kereta cepat seperti di Eropa dan Jepang. Salah satu kereta yang menggunakan single bogie adalah kereta TGV. (wzn)

Kereta TGV


Share:

Followers

Recent Posts

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.